Bulan suci ramadhan adalah syariat agama (Islam). Sedangkan lebaran lebih merupakan tradisi. Pendapat ini ada benarnya, karena dalam kitab suci Qur'an apalagi hadits tidak ditemukan. Juga di dalam tradisi Arab tidak ada lebaran malah sunyi sepi di sana. Atau lihat negara tetangga Malaysia lebaran tidak ditemukan juga di sana.
Barangkali memang demikian adanya,lebaran merupakan kreasi bangsa Indonesia khususnya di pulau Jawa dilengkapi dengan aneka uborampe; apem, ketupat, tumpeng. Saya pernah beberapa kali mendengar cerita langsung dari para sesepuh di Jawa bahwa asal muasalnya lebaran merupakan tradisi kraton Mataraman (Jogja-Solo) pada masa Kanjeng Sultan Agung hingga sekarang. Disebut lebaran karena ibarat orang yang 'bertapa' (baca; puasa) selama sebulan kemudian sudah rampung ditutup dengan suatu ritual bernama lebaran. Lebaran berasal dari suku kata bahasa Jawa; lebar=bubar/kelar. Nah, pada saat ini setiap tahun tradisi lebaran menimbulkan tradisi baru yakni tradisi mudik atau pulang ke kampung halaman. Bedanya, tradisi mudik sudah menjadi tradisi umum bagi masyarakat Indonesia, tanpa mengenal suku dan agama. Tradisi mudik sudah menjadi milik siapa saja, milik masyarakat umum, milik kita semua, sebab siapapun yang pergi merantau pasti merindukan untuk pulang ke kampung halamannya.
Lahirnya tradisi mudik erat kaitannya dengan lebaran, sebab pada saat lebaran pemerintah melibirkan semua instansi, termasuk swasta. Kekosongan aktifitas terjadi di kota-kota besar tempat perantauan, maka bagi yang tidak mudik akan very boring trust (v-bete) dan kesulitan untuk beraktifitas misalnya susahnya belanja kebutuhan sehari-hari, belum lagi banyak toko/pasar/rumah makan/swalayan yang tutup hingga beberapa hari. Hal ini turut mendorong orang yang tidak lebaran untuk ikut serta mudik memanfaatkan libur panjang yang disediakan pemerintah untuk mengunjungi sanak keluarganya.
Musim lebaran dapat diumpamakan sebagai oasis. Dan saya cukup bangga dengan berubahnya nilai tradisi sektarian (agama tertentu) menjadi tradisi universal yang dimiliki oleh semua agama dan suku bangsa. Lebih dari itu, ternyata bangsa ini masih memiliki saat-saat yang paling indah, romantis, ibarat oasis di tengah gurun politik dan ekonomi, yang sedang bosah-baseh ini. Mudah-mudahan tradisi lebaran dan mudik menjadi momentum di mana manusia mengalami saat paling INSAF karena ;
1. Korupsi libur; karena para pejabat lagi banyak dikunjungi sodara-sodaranya jadi takut ketahuan dan ora ilok.
2. Mark up proyek mengalami jeda; karena pelakunya lagi sibuk belanja lebaran.
3. Perselingkuhan prei; sebab lebaran ini acara keluarga inti, wil-pil jarang berani nongol.
4. Penipuan lagi tanggal merah; karena para penipu lagi nikmatin hasil tipuannya dari para pemudik, pada saat H-7 sampai H-1.
5. Judi lumayan terlupakan; karena orang-orang lagi butuh duit buat beli baju sendiri atau anak dan istri.
6. Aksi suap menyuap mereda; karena yang suka suap menyuap lagi pulang kampung, lagian mereka pada kenyang makan kue dan makan camilan lebaran yang sedang gratis di mana-mana.
Hanya saja; tradisi lebaran dan mudik menjadi saat pesta-poranya para kelas menengah ke bawah dari kaum pencoleng, kecu, dan garong. Karena lebaran menjadi tradisi baru buat para maling pembobol rumah kosong yang ditinggal mudik pemilik rumah.
Jika teman-teman mempunyai naskah atau cerita tentang asal muasal lebaran silahkan dirangkum di sini. Dan saya himbau bagi para peninggal rumah (pemudik); harap hati-hati, antisipasilah terhadap kerugian besar akibat rumah atau tempat kost anda dibobol maling !! Apalagi di Jogja belum seprofesional Jakarta yang sudah banyak menyediakan jasa profesional untuk security 'lebaran'.
Selamat mudik, selamat lebaran; mohon maaf lahir & batin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar