Selasa, 31 Maret 2009

APRIL ULANG TAHUN




Budi Rahardjo - 4 april

Haryo "sentot" Winarso - 14 april

Chundakus Habsya - 17 april

Rabu, 18 Maret 2009

E-GOVERNMENT DI KOTA CIREBON








E-government dapat diartikan secara beragam karena pada dasarnya e-government dapat menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk dan ruang lingkup. Oleh karena itu adalah merupakan keharusan untuk mendefinisikan secara jelas pengertian e-government tersebut.
Pengertian dari e-government sendiri adalah penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan public secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan atau pengembangan e-government dimasing masing Kota atau Kabupaten berbeda beda hasilnya karena motivasi penyelenggaraan e-government juga berbeda. Adapun motivasi pengembangan e-government di Kota Cirebon adalah adanya tuntutan perubahan dari masyarakat terhadap pelayanan kepemerintahan agar lebih efektif dan efisien. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia pada saat ini tengah mengalami
perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara secara fundamental menuju ke sistim kepemerintahan yang demokratis transparan serta meletakkan supremasi hukum. Selain itu adapula tuntutan dari masyarakat agar pemerintah harus lebih terbuka terhadap derasnya aliran ekspresi aspirasi rakyat dan mampu menanggapi secara cepat dan efektif.
Lebih terinci lagi masyarakat mengharapkan Pemerintah harus mampu memenuhi dua modalitas yang berbeda namun berkaitan erat, yaitu :
1. Masyarakat menuntut pelayanan public yang memenuhi kepentingan masyarakat luas diseluruh wilayah Cirebon, dapat diandalkan dan terpercaya serta mudah dijangkau secara interaktif.
2. Masyarakat menginginkan agar aspirasi mereka didengar, dengan demikian pemerintah harus memfasilitasi partisipasi dan dialog public di dalam perumusan kebijakan Kota Cirebon.
Agar tuntutan masyarakat tersebut dapat segera di implementasikan, maka diperlukan adanya perubahan perubahan baik dari sistim kerja dan SDMnya.
Perubahan yang terjadi disini adalah secara global dunia sedang mengalami transformasi menuju era masyarakat informasi.
Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Kenyataan telah menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik merupakan factor yang sangat penting dalam berbagai transaksi internasional, terutama dalam transaksi perdagangan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kecenderungan global tersebut akan membawa bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat Cirebon pada khususnya kedalam jurang digital divide, yaitu keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi. Oleh karena itu penataan yang kita laksanakan harus diarahkan untuk mendorong masyarakat menuju masyarakat informasi.

Dalam rangka pengembangan e-government di Kota Cirebon, maka harus secara bertahap. Untuk lebih jelasnya kami tampilkan dibawah ini e-government Roadmap sebagai acuan dalam pengembangan dan pembangunan e-government di kota Cirebon, sebagai berikut :
Pengembangan e-government di Kota Cirebon pada saat ini telah sampai pada tahap ke 2 yaitu tahap interaksi. Pada tahap interaksi ini Pemerintah kota Cirebon telah dapat menyajikan Informasi Digital dari Dinas, Badan dan Lembaga dilingkungan Pemerintah Kota Cirebon. Selain itu dengan telah beroperasinya situs www.cirebon.go.id maka dilingkungan Pemerintah Kota Cirebon telah dapat melakukan koneksi antar lokasi, dokumentasi digital, kolaborasi on line dan situs data mutakhir.
Tahap pengembangan e-government selanjutnya adalah tahap 3 atau transaksi dimana pada tahap ini dapat dilakukan transaksi digital yang focus pada kapasitas jaringan, data lintas instansi serta dibarengi dengan aspek sekuritas dan otoritas. Apabila komitmen penyelenggara pemerintahan mendukung, semoga tahap 3 pengembangan e-government di kota Cirebon dapat di aplikasikan pada tahun 2006 ini.

Senin, 02 Maret 2009

Obsesi Seorang Dalang Eko Suryo Maharsono






Ada dua sebutan yang melekat pada kehidupan Eko Suryo Maharsono: pejabat dan dalang. Eko saat ini menjabat kepala Dinas Kimpraswil Kota Jogja. Dalam dunia lain, pejabat berbadan besar itu juga seorang dalang."Bagi saya, dua kehidupan berbeda yang menyatu," kata Eko saat diskusi membangkitkan kecintaan masyarakat terhadap wayang di kediamannya beberapa waktu lalu.Usai ngantor, Eko lebih banyak menghabiskan waktunya di rumahnya di Purwokinanti, Pakualaman. Ia menghabiskan waktu untuk berwayang ria di tempat tinggalnya yang rusak akibat gempa tektonik 27 Mei 2006.Salah satu ruangan yang terletak di paling ujung rumahnya difungsikan untuk berbagai kegiatan wayang. Di tempat ini terdapat alat-alat musik gamelan, puluhan lembar wayang kulit dan lantai terbuka yang biasa digunakan untuk ngobrol tentang seni, budaya dan pewayangan. Saat Eko di rumah, pintu ruangan dibiarkan terbuka. Isinya terlihat jelas oleh masyarakat yang melintas di depan rumahnya. Ia mempersilakan siapa saja memasuki rumahnya. Misalnya memainkan gamelan atau sekadar melihat wayang berbagi tokoh."Saya senang bila masyarakat ikut nguri-uri kebudayaan. Terutama wayang. Ini warisan yang harus kita lestarikan," kata dalang yang tidak merokok ini. Eko yang tanggal 4 Desember lalu pentas pada acara tumbuk ageng di Jalan Supeno dengan lakon Wahyu Makutha Rama itu merelakan rumahnya untuk ajang kegiatan kesenian. Mulai karawitan, nembang dan geguritan. Kegiatan itu diharapkan membuat masyarakat, terutama anak-anak dan pemuda, kembali mencintai warisan budaya Jawa."Saya prihatin saat ini banyak pemuda, bahkan orang tua, yang kesulitan berbahasa Jawa krama. Sementara orang-orang asing justru fasih menggunakan bahasa Jawa halus. Seharusnya kita gelisah," tuturnya prihatin. Kegelisahan itu yang membuat Eko terobsesi mendekatkan anak-anak muda mencintai bahasa Jawa selain bahasa nasional. "Bisa bahasa asing, itu bagus. Tapi, jangan dilupakan bahasa Jawa," ajaknya.

Dalang Eko Suryo Maharsono semakin total menggeluti dunia pewayangan. Di sela kesibukan mengisi serangkaian pentas wayang di berbagai tempat, Eko sedang berproses mewujudkan keinginan mendekatkan masyarakat dengan seni dan budaya.
Wajah Eko Suryo Maharsono, pejabat berbadan besar itu terlihat sedikit lelah setelah merampungkan urusan kantor. Sesekali dia mengambil gelas berisi teh manis yang ditempatkan di sudut meja kerjanya. Dia lantas meninggalkan sejenak pekerjaan yang menguras tenaga dan pikiran.
Eko yang pernah menjabat Kepala Badan Perencana Pembangunan (Bappeda) Kota Jogja tahun 2003-2004 itu lantas mengambil beberapa lembar wayang kulit yang ditata rapi di lemari. Ia pun langsung memainkan beberapa tokoh pewayangan sekitar 15-20 menit. Ya, Eko adalah pejabat di lingkungan Balai Kota Timoho yang selama ini konsen melestarikan kesenian tradisional, termasuk wayang kulit. Di kalangan pecinta wayang, Eko dikenal sebagai seorang dalang. "Karena wayang adalah media yang fungsinya dapat menjadi hiburan, tontotan, tatanan sekaligus tuntunan," tuturnya, sembari memainkan tokoh Semar.Karena fungsi dan daya tarik itu, Eko menjadikan wayang sebagai media berkomunikasi dengan masyarakat. Ia juga memanfaatkan wayang untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat."Saya angkat jempol terhadap yang dilakukan Mas Eko," kata Waluh. Waluh adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang aktif dalam kegiatan seni dan budaya. Waluh juga sering melawak dan berdendang lagu-lagu campursari bersama kelompok musiknya. Eko sendiri mengaku belum lama memfungsikan wayang sebagai sarana menyerap aspirasi dan keluhan masyarakat berkait pembangunan di Kota Jogja. "Saya baru manggung delapan kali," terang pejabat yang tinggal di Pakualaman ini. Lakon yang disuguhkan saat mendalang berbeda-beda. Namun, isi yang disampaikan memberi pendidikan dan pencerahan kepada masyarakat. Termasuk menginformasikan program-program pembangunan. Menurut Eko, pembangunan tidak hanya inisiatif dari pemkot. Namun merupakan kolaborasi gagasan pemkot bersama masyarakat. Inisiatif harus muncul dari keduanya. Nah, wayang terbukti menjadi ajang tukar informasi. Momen pas untuk dialog saat goro-goro. Hasilnya? Eko selama mendalang mengaku mendapat banyak masukan dari masyarakat. Bahkan, ia juga sempat dikritik masyarakat berkait fasilitas publik. "Dari wayang ini, saya menjadi tahu sikap masyarakat terhadap pelayanan pemerintah," katanya.Lantas, apa komentar masyarakat terhadap terobosan yang dilakukan Eko? Yanto, warga Giwangan mengatakan salut terhadap cara-cara Eko menggali informasi dari masyarakat."Apa yang dilakukan Pak Eko sangat bagus," kata pria yang pernah menyaksikan kebolehan Eko mendalang. Hanya, ia meminta Eko tidak hanya bisa mendengarkan keinginan maupun kritikan masyarakat. Namun, pekerjaan utama yang harus dilakukan adalah memperbaiki kualitas pelayanan kepada masyarakat.