Selama masa lebaran, kesibukan yang khas setiap tahun akan selalu mewarnai. Padahal saat ini padat kegiatan, entah rekreasi ke luar kota, mengunjungi sanak saudara atau menerima para tamu yang berkunjung, serta harus bekerja sendiri karena pembantu rumah tangga mudik.
Keluhan yang sering muncul dalam suasana seperti ini, antara lain kelelahan, gangguan kesehatan berupa sariawan, sakit perut, serta hidangan lebaran yang cenderung kurang vitamin.
Namun mestinya dalam suasana seperti ini pun tak perlu mengganggu kesehatan. Prinsipnya, lebih baik mencegah daripada mengobati. Lalu, upaya apa yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya “penyakit lebaran” ?
Meskipun hidangan lebaran itu berbeda-beda antara daerah satu dengan yang lain, tetapi umumnya mempunyai kesamaan dalam cita rasa. Biasanya berupa makanan yang lezat, yang gurih dan manis. Karena itu tentu banyak mengandung protein, lemak dan gula.
Dalam suasana lebaran seperti ini, hidangan khas yang banyak disajikan umumnya opor ayam lengkap dengan ketupatnya, lodeh dengan santan yang kental, sambal goreng, rendang dan sebagainya. Pola menu seperti ini boleh dikatakan disajikan oleh hampir setiap keluarga.
Telah menjadi kewajiban sosial di hari lebaran untuk saling mengunjungi dan mencicipi hidangan khas lebaran yang tinggi kalori, berlemak dan manis-manis. Belum lagi aneka makanan kecil, cake, kue-kue kering dan berbagai minuman manis. Makanan dan minuman seperti ini hampir selalu disajikan di setiap rumah. Sewaktu berkunjung dalam rangka silaturahim, tentu tidak mungkin menolak untuk mencicipinya.
Tidak mengherankan kalau dalam suasana seperti ini, bila tidak terkontrol badan semakin gemuk, tekanan darah tinggi dan kencing manis kumat kembali. Seringkali kadar kolesterol darah, LDL (low density lipoprotein) kolesterol maupun trigliserida meningkat. Sementara itu aktivitas fisik relatif lebih terbatas, sehingga perlu waspada bagi pengidap penyakit jantung koroner, terutama bagi yang sebelumnya telah mempunyai riwayat mengidap penyakit tersebut.
Bagi yang tidak mengidap sesuatu penyakit pun terdapat kecenderungan menderita kekurangan vitamin, sehingga selaput lendir mulut cenderung pecah-pecah. Kadang-kadang gusi sampai berdarah. Hal ini terjadi karena dapur beristirahat, hidangan lebaran selalu dihangatkan sebelum disantap. Di samping itu, makanan yang mengandung lemak tinggi serta aktivitas fisik seperti olahraga yang berkurang, sering menimbulkan keluhan sembelit.
Mengubah Pola Menu
Karena itu, kita perlu mempertimbangkan untuk mengubah pola menu lebaran. Menu lebaran dapat dibuat lebih bervariasi, bukan hanya menu tradisional khas lebaran seperti di atas. Misalnya menghidangkan pula gado-gado lengkap. Atau menambahnya dengan sayuran segar sebagai lalapan. Di samping dapat mencukupi kebutuhan vitamin yang terbuang akibat proses penghangatan yang terus menerus, juga mencegah timbulnya sembelit.
Jika ada keberanian, buatlah hidangan lebaran yang agak lain dari biasa. Baik sekali menghidangkan buah-buahan segar yang langsung dikupas dari kulitnya, sebagai pengganti cake dan aneka kue. Dalam suasana lebaran tahun ini dapat disajikan jeruk maupun apel untuk pendamping sajian khas lebaran. Baik pula mangga yang langsung dikupas dihidangkan setelah makan. Demikian pula sari buah, baik pula untuk mengganti berbagai minuman manis.
Sebagaimana telah dikemukakan, pada hari-hari ini sering muncul berbagai keluhan akibat gangguan pencernaan, mulai dari sariawan, sakit perut, sembelit sampai diare seperti dikeluhkan di awal tulisan ini. Bahkan mereka yang yang mempunyai riwayat penyakit kencing manis (diabetes mellitus) kadar gula darah seringkali meningkat dengan pesat. Demikian pula ada sebagian yang mempunyai riwayat penyakit rematik dengan asam urat tinggi.
Berat badan pun meningkat dengan pasti. Bagi yang mempunyai kecenderungan, bisa saja kolesterol dan tekanan darah meningkat dengan cepat. Bukan mustahil, gejala stroke yang bermanifestasi sebagai lumpuh separuh, gangguan bicara dan sebagainya, dapat terjadi sewaktu-waktu.
Satu hal yang hampir pasti, hidangan lebaran berpotensi menyebabkan orang menderita kekurangan vitamin. Bukan pola menunya saja, melainkan juga karena pengaruh kesibukan yang lazim di hari lebaran. Di hari lebaran umumnya para pembantu rumah tangga pulang mudik. Sementara itu para ibu lebih mencurahkan waktunya untuk menerima tamu ataupun mengunjungi para kerabat dan sanak saudara.
Adanya acara yang demikian, tentu saja menghendaki ibu terlepas dari kegiatan rutin di dapur. Apalagi pembantu mudik, pasar masih tutup, sehingga praktis dapur beristirahat. Sebab itulah makanan di hari lebaran dibuat sekaligus dalam jumlah banyak untuk beberapa hari. Setiap kali akan menghidangkan, cukup dengan menghangatkan saja.
Memang praktis, opor ayam atau sayur lodeh misalnya, sebelum disantap cukup dihangatkan. Bahkan makin lama rasanya makin lezat. Namun, hidangan yang demikian sudah kehilangan sejumlah vitamin. Proses memasak yang lama dan berkali-kali, yaitu setiap kali akan dihidangkan, praktis seluruh vitamin yang larut dalam air, vitamin B dan C, akan hilang atau berkurang.
Hidangan lebaran yang praktis telah kehilangan banyak vitamin itu sesungguhnya dapat diimbangi dengan menu pendamping, misalnya gado-gado lengkap. Atau dengan cara menambahkan lalapan yang berupa sayuran atau buah-buahan segar.
Lalapan dapat berupa irisan tomat, kacang panjang dan sebagainya. Jangan lupa, selalu tersedia buah-buahan segar untuk pelengkap menu lebaran, sebagaimana dikemukakan di atas. Buah-buahan segar yang dikupas dari kulitnya dan langsung dimakan, mampu membantu mencukupi kebutuhan vitamin.
Dengan demikian, ibu-ibu tidak perlu kehilangan waktu untuk berlebaran, sementara itu hidangan cukup lezat dan sehat. Hal ini mengurangi kemungkinan timbulnya “penyakit lebaran”.